Seorang manusia memang dituntut untuk selalu produktif dalam hidupnya, tidak boleh berpangku tangan terhadap permasalahan yang pernah dihadapi. Boleh kita bersedih dikala mendapat ujian dalam hidup ini, namun kita harus Ridho akan hal tersebut, sehingga Allah pun memberi kita pahala dan ganti yang terbaik.
Apalagi
kaitannya dalam bidang wirausaha atau berdagang, naik turunnya omset merupakan
hal yang sudah biasa dialami oleh seorang pengusaha, bahkan bukan hal asing lagi
jikalau mengalami turunnya omset dalam usahanya. Maka diperlukan sebuah
semangat juang yang tinggi untuk mengahadapi itu semua.
Seorang
Muslim yang taat tidak akan pantang menyerah dalam mengadapi ujian, kita
dituntut untuk selalu produktif dan inovatif dalam berwirausaha.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ، أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut (rindu) dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis.” (HR. Bukhari 1/133 no. 660)
Dalam hadits ini disebutkan bahwa salah satu golongan orang yang akan
diberikan naungan oleh Allah pada hari kiamat adalah orang yang hatinya rindu
untuk kembali ke masjid. Ini merupakan isyarat bahwa orang tersebut sedang
tidak berada di masjid dan dia sedang melakukan pekerjaan di luar masjid.
Artinya adalah di sini Allah tidak selalu berbicara tentang orang-orang yang
berada di masjid. Karena Islam adalah agama yang sempurna yang memehatikan
segala aspek kehidupan. Secara normal seseorang tidak harus di masjid terus dan
harus bekerja karena ada keluarga yang harus dia nafkahi. Sehingga Allah memuji
orang-orang yang bekerja akan tetapi hatinya tidak lalai dari mengingat Allah Subhanahu
wa ta’ala.
Oleh karenanya bekerja adalah kebiasaan orang-orang salih dan juga bagi
para nabi. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang makan lebih baik dari makanan yang berasal dari kerjanya. Dan sesungguhnya Nabi Daud ‘alaihissalam makan dari hasil kerjanya sendiri.” (HR. Bukhari 3/57 no. 2072)
Jadi makanan yang terbaik adalah makanan yang didapatkan dari hasil jerih
payah seseorang dalam bekerja, dan bukan hasil dari meminta-minta. Dan Nabi
Daud ‘alaihissalam adalah orang yang makan dari hasi jerih payahnya. Ini
adalah hal yang menakjubkan karena kita tahu bahwa Nabi Daud ‘alaihissalam
adalah seorang nabi sekaligus seorang raja. Akan tetapi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Nabi Daud ‘alaihissalam pun juga
bekerja.
Dalam hadits lain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam hadits lain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
“Sungguh salah seorang dari kalian mengambil tali, lalu mencari kayu
bakar untuk dipikul di atas punggungnya, itu lebih baik baginya daripada
meminta-minta kepada orang lain baik orang tersebut memberinya atau tidak.”
(HR. Bukhari 3/114)
Hadits ini benar-benar isyarat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bahwasanya seseorang harus berusaha untuk kerja sendiri. Lihatlah dalam hadits
ini bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa seseorang
lebih baik mencari kayu bakar lalu untuk dijualnya. Mungkin bagi kita ini
adalah pekerjaan rendahan atau bahkan hina, akan tetapi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa hal itu lebih baik bagi seseorang meskipun
pekerjaannya dipandang hina oleh kebanyakan orang daripada dia minta-minta. Ini
merupakan motivasi syariat agar seseorang bisa produktif dan tidak menjadi
tanggungan beban orang lain. Maka hendaknya seseorang bekerja dan memiliki
penghasilan sendiri sehinga dia tidak minta-minta kepada orang lain.
Hadist diatas memberi isyarat kepada kita untuk selalu bekerja keras dan
semangat dalam bekerja dari hasil jerih payah kita sendiri. Selain itu kita
harus inovatif dalam memasarkan produk kita dalam berdagang jangan asal-asalan
dalam berdagang, agar barang kita mempunyai nilai barang yang bernilai tinggi
dan berkelas. Sehingga kita dapat memproyeksikan omset dan meminimalkan resiko
yang dihadapi.
Sumber Referensi:
https://pengusahamuslim.com/6875-muslim-profesional-dan-kontributif.html#more-6875